2 Pemicu utama terjadinya pepisahan dalam rumah tangga
Bahagia dalam rumah tangga adalah damba'an semua orang, khusunya
bagi mereka yang sudah melaksanakan pernikahan. Menjalankan pernikahan tidak mudah
seperti kalian bayangkan, ada banyak rintangan
dan hambatan yang akan kalian temuai nanti. Pernikahan bukan hanya soal hidup
bersama dan saling cinta, tetapi ada hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan
bagi pasangan suami istri, agar supaya rumah tangga tetap berdiri kokoh. Ketika
hak dan tanggung jawab itu tidak dilaksanakan dengan baik, maka saya pastikan
rumah tangga itu tidak akan pernah menemukan kebagaiaan yang diimpikan, dan
ujung-ujungnya perpisahan. hari ini saya katakan kepada kalian musuh terbesar
dalam rumah tangga adalah egoisme, ketika sifat ego ini sudah muncul antara
pasangan suami istri, maka akan saling melayahkan dan timbul
kesalapahaman. Nah apalagi orang lain, keluarga, dan orang tua sudah
mulai ikut campur dalam masalah rumah tangga kalian, pasti masalah akan semakin
sulit diselesaikan. Berikut 2 pemicu utama perpisahan dalam rumah tangga:
a. Istri Yang Tidak Taat terhadap suami
Dizaman sekrang ini sulit menemukan istri yang taat sama suaminya,
karena tidak ada pemahaman ilmu agama dalam berumah tangga. Maka pentingnya
ilmu agama dalam rumah tangga, dengan ilmu tersebut kita bisa tau bagaimana
cara berperilaku baik terhadap suami. Saya
kutip firman ALLAH SWT dalam Qur'an
Surat QS Al-Baqarah:
228
Dan mereka (para perempuan)
memiliki hak seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang pantas. Tetapi para
suami mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana,. (QS Al-Baqarah: 228).
Namun, ada beberapa istri yang belum memahami sepenuhnya
atas hal tersebut, sehingga masih saja menomorsatukan keluarganya dibanding
dengan suaminya.
sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud
kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang perempuan sujud kepada
suaminya,. (HR Tirmidzi no 1159, dinilai oleh al Albani sebagai hadits
hasan shahih).
Sujud merupakan bentuk ketundukan, sehingga hadits
tersebut mengandung makna bahwa suami mendapatkan hak terbesar atas ketaatan
isteri. Sedangkan kata: “Seandainya aku boleh…,” menunjukkan bahwa sujud kepada
manusia tidak boleh (dilarang) dan hukumnya haram.
Isrti memang harus taat kepada suaminya selama perintah suami tidak bertentangan dengan larangan ALLAH SWT
b. Keluarga dan orang tua suka ikut campur dalam masalah suami
istri
Memang sudah menjadi kebiasaan ketika anak mereka punya masalah rumah tangga, kadang orang tua itu suka ikut campur. Sehingga banyak rumah tangga yang hancur karenanya. Sebenarnya bagi saya kalau anak sudah dinikahkan buat apa apalagi di urus-urus, biarkan lah mereka berfikir sendiri. Orang tua cukup memberikan pemahaman antara suami dan istri. jangan lagi memberikan pemahaman hanya sepihak, karena itu anaknya biar salah dibenarkan terus, akhirnya masalah akan semakin sulit di selesaikan. jadi bagi teman-teman yang membaca artikel ini, jadikan ini sebagai pelajaran dan pengalaman dalam hidup anda, saya doakan kalian semuah menjadi keluarga yang sakinah Mawadah Warahmah.
Comments
Post a Comment